Nama : Desi Mariana Maloky
NIM : 111301043
Inteligensi adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah, belajar dari pengalaman dan mampu beradaptasi dengan lingkungan. Kali ini saya akan memberi contoh kasus yang pernah saya alami sesuai dengan pembahasan Crystallized Intelligence. Crystallized Intelligence adalah kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dipengaruhi oleh pengalaman, pendidikan dan kebudayaan seseorang.
Contoh kasus: Kejadian ini sekitar 3 tahun yang lalu saat saya dibelikan Telepon Selular baru oleh ayah saya. Telepon selular saya yang lama kalah canggih dari yang baru dibelikan ayah saya ini, jadi saya agak kesulitan memakainya. Tetapi untung saja ada buku petunjuknya sehingga saya bisa belajar. Kebetulan kakak sepupu saya juga ada yang pakai HP seperti itu, jadi saya juga belajar dari dia. Lagian kalau masalah mengirim SMS dan menelpon saya tidak terlalu kesulitan sih karena semua HP juga hampir sama caranya.
Welcome to Psycho Zone :)
Minggu, 17 Juni 2012
SEXUALITY
NAMA : DESI MARIANA MALOKY
NIM : 111301043
Contoh Kasus:
Beberapa bulan yang lalu, teman dekat saya pernah cerita bahwa di gang rumahnya sangat berbahaya. Saya bingung berbahaya kenapa, trus dia bilang ada orang yang setiap pagi menjelang siang jalan melalui gang tersebut dan ketika melihat orang lain khususnya cewek yang lewat melalui gang itu juga, pria tersebut akan membuka celananya dan menunjukan alat kelaminnya kepada setiap wanita yang lewat melalui gang tersebut. Kebetulan teman saya ini sudah pernah menjadi korbannya, spontan teman saya ini melarikan diri dan melaporkan pria tersebut kepada orang-orang yang tinggal di gang tersebut termasuk keluarganya dan setelah itu pria tersebut dikejar dan dikeroyok sama warga setempat.
Ini merupakan salah satu perilaku sex abnormal yang disebut sebagai exhibitionism.
Pembahasan:
Sebelum kita bahas exhibitionism, kita harus tau dulu perilaku sex abnormal itu apa. Perilaku sex abnormal adalah praktek seksual yang jauh dari norma yang ada. Banyak macam dari perilaku sex abnormal ini, yaitu antara lain:
1. Transvestism yaitu praktek untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan cara berpakaian dalam pakaian lawan jenis.
2. Transexualism yaitu sebuah kondisi dimana seseorang merasa bahwa dirinya terperangkap dalam tubuh dengan jenis kelamin yang salah.
3. Sexual Sadism yaitu praktek untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan cara menimbulkan atau memberikan rasa sakit kepada pasangannya sebelum melakukan hubungan seksual.
4. Masochism yaitu keadaan dimana ketika ia mendapatkan rasa sakit sebelum berhubungan seksual, hal tersebut menimbulkan kenikmatan seksual baginya.
5. Voyeurism yaitu praktek mendapatkan kenikmatan seksual dengan menonton orang lain membuka baju tanpa orang tersebut menyadarinya.
6. Exhibitionism yaitu praktek memperoleh kenikmatan seksual dengan cara mengekspos alat kelamin mereka kepada orang lain.
NIM : 111301043
Contoh Kasus:
Beberapa bulan yang lalu, teman dekat saya pernah cerita bahwa di gang rumahnya sangat berbahaya. Saya bingung berbahaya kenapa, trus dia bilang ada orang yang setiap pagi menjelang siang jalan melalui gang tersebut dan ketika melihat orang lain khususnya cewek yang lewat melalui gang itu juga, pria tersebut akan membuka celananya dan menunjukan alat kelaminnya kepada setiap wanita yang lewat melalui gang tersebut. Kebetulan teman saya ini sudah pernah menjadi korbannya, spontan teman saya ini melarikan diri dan melaporkan pria tersebut kepada orang-orang yang tinggal di gang tersebut termasuk keluarganya dan setelah itu pria tersebut dikejar dan dikeroyok sama warga setempat.
Ini merupakan salah satu perilaku sex abnormal yang disebut sebagai exhibitionism.
Pembahasan:
Sebelum kita bahas exhibitionism, kita harus tau dulu perilaku sex abnormal itu apa. Perilaku sex abnormal adalah praktek seksual yang jauh dari norma yang ada. Banyak macam dari perilaku sex abnormal ini, yaitu antara lain:
1. Transvestism yaitu praktek untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan cara berpakaian dalam pakaian lawan jenis.
2. Transexualism yaitu sebuah kondisi dimana seseorang merasa bahwa dirinya terperangkap dalam tubuh dengan jenis kelamin yang salah.
3. Sexual Sadism yaitu praktek untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan cara menimbulkan atau memberikan rasa sakit kepada pasangannya sebelum melakukan hubungan seksual.
4. Masochism yaitu keadaan dimana ketika ia mendapatkan rasa sakit sebelum berhubungan seksual, hal tersebut menimbulkan kenikmatan seksual baginya.
5. Voyeurism yaitu praktek mendapatkan kenikmatan seksual dengan menonton orang lain membuka baju tanpa orang tersebut menyadarinya.
6. Exhibitionism yaitu praktek memperoleh kenikmatan seksual dengan cara mengekspos alat kelamin mereka kepada orang lain.
GENDER
NAMA : DESI MARIANA MALOKY
NIM : 111301043
Contoh Kasus:
Sekitar dua hari yang lalu saya disuruh bapak saya mengambil kiriman di loket yang ada di Padang Bulan setelah saya pulang kuliah. Saya tanya barangnya besar atau kecil dan bapak saya bilang besarnya sedang jadi saya pun bilang iya pulang kuliah diambil.
Saya sehari-hari pergi kuliah dengan mengendarai motor kesayangan saya dan sesampainya di loket itu saya tanya sama kakak yang kerja disitu soal kiriman bapak saya. Dia kasih barangnya lalu saya lihat ternyata lumayan besar dan gak mungkin bisa saya buat di depan tempat duduk motor saya. Saya berpikir dan akhirnya saya minta tali sama bapak-bapak yang ada disitu tapi katanya gak ada. Terpaksa saya harus beli talinya lagi supaya barangnya bisa diikat di tempat duduk belakang motor saya. Setelah saya beli tali saya ikat dengan kuat barangnya di tempat duduk motor saya. Ini bukan pertama kalinya saya melakukan hal yang mungkin tidak semua perempuan mau dan bisa melakukannya. Sering sekali saya mengangkat barang berat seperti kardus minuman botol atau minuman kaleng.
Walaupun jenis kelamin saya wanita tapi saya menghayati bahwa gender saya androgynous karena selain bisa melakukan pekerjaan laki-laki, saya juga bisa mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan jenis kelamin saya. Nah, dibawah ini saya akan menjelaskan apa sih yang dimaksud dengan androgynous itu?
Pembahasan:
Sebelum membahas arti dari androgynous, kita harus tau gender itu apa.
Nah, gender itu adalah penghayatan psikologis seseorang terhadap jenis kelamin yang dimilikinya. Androgynous itu merupakan salah satu bagian dari peran jenis kelamin. Peran jenis kelamin adalah tugas-tugas yang dimainkan oleh tiap jenis kelamin yang dipengaruhi oleh budaya. Ada tiga macam peran jenis kelamin, yaitu:
1. Maskulin yaitu peran jenis kelamin yang melaksanakan tugasnya sebagai pria dan tidak bisa melaksanakan tugas seorang wanita. Misalnya, ada seorang pria yang sangat maskulin, dia sangat mahir mengerjakan tugas-tugas layaknya seorang pria tetapi tidak mau atau tidak bisa mengerjakan tugas wanita seperti menyapu rumah atau mencuci piring.
2. Feminin yaitu peran jenis kelamin yang melaksanakan tugasnya sebagai wanita dan tidak bisa melaksanakan tugas seorang pria. Misalnya, ada seorang wanita yang sangat feminin, dia sangat mahir mengerjakan tugas-tugas wanita tetapi tidak bisa mengerjakan tugas pria seperti memperbaiki atap rumah yang bocor.
3. Androgynous yaitu peran jenis kelamin yang bisa mengerjakan tugas sebagai wanita dan bisa juga mengerjakan tugas pria. Misalnya seperti contoh saya diatas merupakan peran jenis kelamin androgynous.
NIM : 111301043
Contoh Kasus:
Sekitar dua hari yang lalu saya disuruh bapak saya mengambil kiriman di loket yang ada di Padang Bulan setelah saya pulang kuliah. Saya tanya barangnya besar atau kecil dan bapak saya bilang besarnya sedang jadi saya pun bilang iya pulang kuliah diambil.
Saya sehari-hari pergi kuliah dengan mengendarai motor kesayangan saya dan sesampainya di loket itu saya tanya sama kakak yang kerja disitu soal kiriman bapak saya. Dia kasih barangnya lalu saya lihat ternyata lumayan besar dan gak mungkin bisa saya buat di depan tempat duduk motor saya. Saya berpikir dan akhirnya saya minta tali sama bapak-bapak yang ada disitu tapi katanya gak ada. Terpaksa saya harus beli talinya lagi supaya barangnya bisa diikat di tempat duduk belakang motor saya. Setelah saya beli tali saya ikat dengan kuat barangnya di tempat duduk motor saya. Ini bukan pertama kalinya saya melakukan hal yang mungkin tidak semua perempuan mau dan bisa melakukannya. Sering sekali saya mengangkat barang berat seperti kardus minuman botol atau minuman kaleng.
Walaupun jenis kelamin saya wanita tapi saya menghayati bahwa gender saya androgynous karena selain bisa melakukan pekerjaan laki-laki, saya juga bisa mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan jenis kelamin saya. Nah, dibawah ini saya akan menjelaskan apa sih yang dimaksud dengan androgynous itu?
Pembahasan:
Sebelum membahas arti dari androgynous, kita harus tau gender itu apa.
Nah, gender itu adalah penghayatan psikologis seseorang terhadap jenis kelamin yang dimilikinya. Androgynous itu merupakan salah satu bagian dari peran jenis kelamin. Peran jenis kelamin adalah tugas-tugas yang dimainkan oleh tiap jenis kelamin yang dipengaruhi oleh budaya. Ada tiga macam peran jenis kelamin, yaitu:
1. Maskulin yaitu peran jenis kelamin yang melaksanakan tugasnya sebagai pria dan tidak bisa melaksanakan tugas seorang wanita. Misalnya, ada seorang pria yang sangat maskulin, dia sangat mahir mengerjakan tugas-tugas layaknya seorang pria tetapi tidak mau atau tidak bisa mengerjakan tugas wanita seperti menyapu rumah atau mencuci piring.
2. Feminin yaitu peran jenis kelamin yang melaksanakan tugasnya sebagai wanita dan tidak bisa melaksanakan tugas seorang pria. Misalnya, ada seorang wanita yang sangat feminin, dia sangat mahir mengerjakan tugas-tugas wanita tetapi tidak bisa mengerjakan tugas pria seperti memperbaiki atap rumah yang bocor.
3. Androgynous yaitu peran jenis kelamin yang bisa mengerjakan tugas sebagai wanita dan bisa juga mengerjakan tugas pria. Misalnya seperti contoh saya diatas merupakan peran jenis kelamin androgynous.
Operant Conditioning
Nama : Desi Mariana Maloky
Nim : 111301043
Kasus I: Semenjak kelas 1 SMP saya sudah tinggal berdua di rumah bersama kakak saya dikarenakan orang tua saya tugasnya di luar kota. Dalam sekali sebulan orang tua saya mengunjungi kami untuk melihat keadaan kami. Pada suatu saat orang tua saya datang mengunjungi kami dan kebetulan rumah lagi berantakan. Orang tua saya memarahi kami dan memberikan hukuman membersihkan semuanya sebelum pergi ke sekolah. Sepulang dari sekolah beliau menasehati kami supaya tidak seperti itu lagi. Mulai dari kejadian itu, saya selalu membersihkan rumah apabila orang tua saya hendak datang.
Kasus II: Saat saya duduk dibangku sekolah dasar saya mendapat peringkat 10 besar dikelas. Waktu kelas 4 SD saya ingin sekali diberikan sepeda, lalu mama saya bilang kalau saya dapat peringkat 5 besar, saya akan dibelikan sepeda. Karena saya sangat ingin punya sepeda, saya berusaha untuk meningkatkan hasil prestasi saya menjadi peringkat 5 besar dikelas. Saat saya berhasil mendapat peringkat 5 besar, mama saya menepati janjinya dan membelikan saya sepeda.
Pembahasan:
Operant conditioning adalah suatu proses belajar dimana konsenkuensi atau penguatan yang ada menyebabkan perubahan perilaku dimasa yang akan datang.
Pada kasus I saya mendapat hukuman (punishment) karena tidak membersihkan rumah jadi saya merubah perilaku saya agar tidak kena hukuman lagi. Punishment adalah bagian dari operant conditioning yang secara langsung menimbulkan efek jera supaya perilaku tersebut tidak dilakukan lagi.
Pada kasus II saya mendapat reward karena prestasi saya mendapatkan peringkat 5 besar yang dijanjikan mama saya. Contoh kasus ini masuk kepada Positive Reinforcement, yaitu konsenkuensi menyenangkan dari perilaku sebelumnya yang menyebabkan perilaku tersebut dilakukan lagi dimasa yang akan datang.
Nim : 111301043
Kasus I: Semenjak kelas 1 SMP saya sudah tinggal berdua di rumah bersama kakak saya dikarenakan orang tua saya tugasnya di luar kota. Dalam sekali sebulan orang tua saya mengunjungi kami untuk melihat keadaan kami. Pada suatu saat orang tua saya datang mengunjungi kami dan kebetulan rumah lagi berantakan. Orang tua saya memarahi kami dan memberikan hukuman membersihkan semuanya sebelum pergi ke sekolah. Sepulang dari sekolah beliau menasehati kami supaya tidak seperti itu lagi. Mulai dari kejadian itu, saya selalu membersihkan rumah apabila orang tua saya hendak datang.
Kasus II: Saat saya duduk dibangku sekolah dasar saya mendapat peringkat 10 besar dikelas. Waktu kelas 4 SD saya ingin sekali diberikan sepeda, lalu mama saya bilang kalau saya dapat peringkat 5 besar, saya akan dibelikan sepeda. Karena saya sangat ingin punya sepeda, saya berusaha untuk meningkatkan hasil prestasi saya menjadi peringkat 5 besar dikelas. Saat saya berhasil mendapat peringkat 5 besar, mama saya menepati janjinya dan membelikan saya sepeda.
Pembahasan:
Operant conditioning adalah suatu proses belajar dimana konsenkuensi atau penguatan yang ada menyebabkan perubahan perilaku dimasa yang akan datang.
Pada kasus I saya mendapat hukuman (punishment) karena tidak membersihkan rumah jadi saya merubah perilaku saya agar tidak kena hukuman lagi. Punishment adalah bagian dari operant conditioning yang secara langsung menimbulkan efek jera supaya perilaku tersebut tidak dilakukan lagi.
Pada kasus II saya mendapat reward karena prestasi saya mendapatkan peringkat 5 besar yang dijanjikan mama saya. Contoh kasus ini masuk kepada Positive Reinforcement, yaitu konsenkuensi menyenangkan dari perilaku sebelumnya yang menyebabkan perilaku tersebut dilakukan lagi dimasa yang akan datang.
COGNITION & LANGUAGE
Nama : Desi Mariana Maloky
NIM : 111301043
Contoh kasus:
Waktu saya duduk di SMA, saya punya teman dekat dan kami selalu bareng kalau pulang sekolah karena kebetulan rumah kami searah. Saya sangat sering main-main kerumahnya dan begitu juga dia. Bahkan setelah tamat SMA kami berencana akan kuliah di Perguruan Tinggi yang sama juga. Tetapi takdir berkata lain, dia lebih memilih menjadi angkatan dan tinggal di asrama. Semenjak masuk asrama dia tidak pernah menghubungi saya lagi, padahal saya tahu kalau dia setiap hari minggu pulang kerumah (biasanya mereka menyebutnya Pesiar) tetapi dia tidak menyempatkan untuk menghubungi saya. Saya cerita masalah ini kepada kakak sepupu saya dan dia bilang kalau dia pernah punya pengalaman seperti itu. Dia memberitahu saya bahwa alasan teman saya itu sehingga dia berubah adalah karena dia sudah punya teman baru dan dia sudah melupakan saya. Saya sangat kecewa mendengarnya dan saya mengambil keputusan untuk tidak menghubungi dia juga.
Dari contoh diatas saya mengambil keputusan dengan menggunakan solusi alternatif representativeness heuristic karena saya mengambil keputusan berdasarkan yang saya dengar dari pengalaman kakak sepupu saya.
Ada 3 solusi alternatif yang bisa dipakai dalam menyelesaikan masalah yaitu:
1. Trial and Error, yaitu mencoba-coba cara yang dianggap baik dan kalau gagal mencoba cara lainnya sampai berhasil. Cara ini tidak efektif karena tidak ada kepastian kita untuk berhasil.
2. Algorithms, yaitu cara yang sistematik dan punya langkah-langkah untuk mencari penyelesaian yang pasti bisa memecahkan masalah tersebut. Cara ini sangat efektif dan dijamin kesuksesannya.
3. Heuristics, yaitu cara menyelesaikan masalah dengan cepat tetapi tidak dijamin bisa menyelesaikan masalah tersebut karena tidak sistematik dan lebih belajar dari pengalaman yang ada. Salah satu jenis dari heuristics ini adalah representativeness heuristic, yaitu menyelesaikan masalah dari pengalaman orang yang hampir sama dengan masalah kita.
NIM : 111301043
Contoh kasus:
Waktu saya duduk di SMA, saya punya teman dekat dan kami selalu bareng kalau pulang sekolah karena kebetulan rumah kami searah. Saya sangat sering main-main kerumahnya dan begitu juga dia. Bahkan setelah tamat SMA kami berencana akan kuliah di Perguruan Tinggi yang sama juga. Tetapi takdir berkata lain, dia lebih memilih menjadi angkatan dan tinggal di asrama. Semenjak masuk asrama dia tidak pernah menghubungi saya lagi, padahal saya tahu kalau dia setiap hari minggu pulang kerumah (biasanya mereka menyebutnya Pesiar) tetapi dia tidak menyempatkan untuk menghubungi saya. Saya cerita masalah ini kepada kakak sepupu saya dan dia bilang kalau dia pernah punya pengalaman seperti itu. Dia memberitahu saya bahwa alasan teman saya itu sehingga dia berubah adalah karena dia sudah punya teman baru dan dia sudah melupakan saya. Saya sangat kecewa mendengarnya dan saya mengambil keputusan untuk tidak menghubungi dia juga.
Dari contoh diatas saya mengambil keputusan dengan menggunakan solusi alternatif representativeness heuristic karena saya mengambil keputusan berdasarkan yang saya dengar dari pengalaman kakak sepupu saya.
Ada 3 solusi alternatif yang bisa dipakai dalam menyelesaikan masalah yaitu:
1. Trial and Error, yaitu mencoba-coba cara yang dianggap baik dan kalau gagal mencoba cara lainnya sampai berhasil. Cara ini tidak efektif karena tidak ada kepastian kita untuk berhasil.
2. Algorithms, yaitu cara yang sistematik dan punya langkah-langkah untuk mencari penyelesaian yang pasti bisa memecahkan masalah tersebut. Cara ini sangat efektif dan dijamin kesuksesannya.
3. Heuristics, yaitu cara menyelesaikan masalah dengan cepat tetapi tidak dijamin bisa menyelesaikan masalah tersebut karena tidak sistematik dan lebih belajar dari pengalaman yang ada. Salah satu jenis dari heuristics ini adalah representativeness heuristic, yaitu menyelesaikan masalah dari pengalaman orang yang hampir sama dengan masalah kita.
Sabtu, 09 Juni 2012
PROYEK MINI
Safrida Liasna br Tarigan (11-057)
Nenita Sari S G (11-069)
Mira Tantri (11-099)
“MEDIA DAN
METODE PEMBELAJARAN PADA ANAK TUNA NETRA”
|
||||||||
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus akhir-akhir ini sudah mulai mengalami
perkembangan. Pemerintah Indonesia termasuk Dinas Pendidikan juga sudah
menaruh perhatian kepada penempatan pendidikan bagi anak-anak dengan
kebutuhan khusus. Hal ini dapat terlihat dari beberapa sekolah yang sudah
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka. Namun walaupun
demikian, media pembelajaran bagi anak dengan kebutuhan khusus ini masih
kurang memadai, demikian juga dengan jumlah sekolah yang ada kerap kali belum
sesuai dengan jumlah anak-anak berkebutuhan khusus.
Seperti
halnya di Indonesia, terutama di daerah kota Medan peneliti melihat bahwa
hanya terdapat beberapa sekolah yang memang diperuntukkan untuk menangani
anak-anak dengan kebutuhan khusus tersebut, terutama anak-anak dengan kondisi
cacat fisik, misalnya tuna netra. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik
untuk membahas tentang media dan metode pembelajaran pada anak tuna netra.
Peneliti ingin mengobservasi berbagai media pembelajaran yang kerap digunakan
oleh anak-anak tuna netra di dalam kegiatan belajar mereka. Selain itu apakah
media pembelajaran tersebut sudah cukup memenuhi dalam kebutuhan belajar
mereka.
Peneliti
juga tertarik untuk membahas tentang berbagai metode pembelajaran yang
digunakan dalam proses belajar mengajar bagi anak-anak dengan kebutuhan
khusus terutama anak tuna netra. Serta sudah seberapa efektif kah metode
pengajaran yang diberikan kepada anak-anak tuna netra di dalam persekolahan
mereka.
Tujuan
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengobservasi berbagai media pembelajaran yang
digunakan bagi pendidikan anak-anak tuna netra. Dan mengetahui metode
pembelajaran yang juga digunakan dalam proses belajar mengajar bagi anak-anak
tuna netra guna memperoleh metode pembelajaran yang paling efektif bagi
anak-anak tuna netra.
Manfaat
Manfaat
dari penelitian ini adalah :
- Mengetahui berbagai
media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan anak-anak tuna netra.
- Mengetahui berbagai
metode pembelajaran yang ada.
- Mengetahui metode
pembelajaran yang efektif bagi anak-anak tuna netra.
- Mengetahui pentingnya
metode pengajaran teacher centered dan learner centered.
LANDASAN TEORI
Dalam hal ini,
peneliti menggunakan beberapa teori yang bisa digunakan untuk
menjelaskan fenomena yang terjadi, seperti :
1. Teori tentang Metode Mengajar
Ada beberapa metode mengajar
yang digunakan para guru, garis besarnya yaitu :
ü Metode Ceramah
Metode mengajar yang dilakukan guru dengan cara satu arah, dimana guru
sepenuhnya memberikan materi pelajaran dan murid mendengarkan. Dalam pelaksanaan ceramah
untuk menjelaskan urainnya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu, seperti
gambar- gambar dan yang paling utama adalah bahasa lisan.
ü Metode Diskusi
Metode mengajar dimana guru akan membentuk murid menjadi beberapa
kelompok. Dan kelompok-kelompok murid ini nanti akan mendiskusikan tentang
materi pelajaran yang sedang dibahas.
ü Metode Tanya-Jawab
Metode
tanya jawab ialah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab, terutama dari guru ke siswa dan begitu juga sebaliknya.
ü Metode Demonstrasi
Metode
Demostrasi atau praktik adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan
untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana
melakukan sesuatu kepada anak didik. Metode ini digunakan untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses yang
bersifat praktis.
ü Metode Pemberian Tugas
Metode
pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar di mana guru
memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggung
jawabkan kepada guru.
Teori tentang metode pengajaran ini digunakan oleh peneliti untuk
menjelaskan penggunaan metode pengajaran yang diberikan oleh guru di SLB
tersebut kepada muridnya.
2. Teori Perencanaan
dan Instruksi Pelajaran
Terdapat dua jenis teori perencanaan dan pelajaran, yaitu
ü Teacher-Centered
Di dalam pendekatan teori ini, perencanaan dan instruksi pembelajaran disusun
dengan ketat dan guru mengarahkan pembelajaran murid. Pada tipe perencanaan
pelajaran ini, guru jauh lebih banyak berperan daripada murid.Tiga alat umum
yang berguna dalam perencanaan ini, yaitu menciptakan sasaran behavioral
(perilaku), menganalisis tugas, dan menyusun taksonomi (klasifikasi)
instruksional.
ü Learner-Centered
Instruksi dan perencanaannya terletak pada siswa, bukan guru.Prinsip ini
menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Jadi di dalam
pendekatan ini, murid yang lebih banyak aktif daripada guru. Murid berusaha
mencari sendiri bahan tambahan materi pelajaran. Dan guru akan membimbing
murid dalam proses belajar. Dalam learner centered, ada tiga strategi
pembelajaran yang digunkan oleh guru, yaitu : Pembelajaran berbasis pada
problem, Pertanyaan esensial, dan Pembelajaran penemuan.
3. Teori tentang Gaya Penataan Kelas
Terdapat beberapa gaya penataan kelas yang digunakan dalam proses
belajar-mengajar, diantaranya :
·
Gaya Auditorium
Dimana semua murid duduk mengahadap guru.
·
Gaya Tatap Muka
Dimana murid saling duduk secara berhadapan.
·
Gaya Off-set
Dimana sejumlah murid (bisanya tiga atau empat anak) duduk di bangku
tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain.
·
Gaya Seminar
Dimana sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk di susunan berbentuk
lingkaran, atau persegi, atau bentuk U.
·
Gaya Klaster
Dimana sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak)
bekerja dalam kelompok kecil.
4. Teori tentang Model Media
Pembelajaran
·
Media dua dimensi
Media dua dimensi meliputi media
grafis, media bentuk papan, dan media cetak.
·
Media tiga dimensi
Media tiga dimensi dapat
berwujud sebagai benda asli baik hidup atau mati dan dapat pula berwujud
sebagian tiruan yang mewakili aslinya (miniatur).
PERENCANAAN
Alat dan Bahan yang Digunakan untuk
Merealisasikan Proyek
Alat
yang peneliti gunakan saat melakukan wawancara dan observasi dengan para
Objek, yaitu:
a. Kamera, yang dipakai untuk pengambilan foto dan merekam sesi
wawancara.
b. Hand Phone,
yang dipakai untuk pengambilan beberapa foto lainnya.
c. Notes dan
Alat tulis, yang dipakai sebagai pencatat hasil wawancara
Alat yang peneliti
gunakan saat menyelesaikan proyek, yaitu :
a. Laptop
b. Buku Pedoman
c. Catatan
d. Alat tulis
e. Rekaman sesi
wawancara dan observasi.
f. Data-data objek
Analisis Data
Data yang akan peneliti dapatkan
adalah berupa data yang didapat dari proses observasi yang dilakukan oleh
peneliti di dalam ruangan kelas selama proses belajar-mengajar berlangsung. Data
observasi(berupa foto-foto dan rekaman video) ini juga nantinya akan dapat
menjelaskan bagaimana keadaan dan kondisi yang terjadi di dalam proses
belajar-mengajar. Dan juga data yang didapatkan melalui proses wawancara
singkat dengan para objek , yang nantinya akan berupa sejenis percakapan
antara peneliti dan para objek, selanjutnya akan diringkas dan dirangkum
kedalam suatu bentuk penjelasan yang dapat mencakup jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang ada.
Pertanyaan-pertanyaan yang
dilontarkan peneliti, berhubungan dengan metode pengajaran yang dilakukan
guru dan media-media pembelajaran apa saja yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan materi pelajaran kepada murid-murid. Selain itu, observasi yang
dilakukan oleh peneliti juga berhubungan untuk mengetahui media pembelajaran
dan metode pembelajaran apa yang dipergunakan oleh guru dan para murid.
Selanjutnya data-data yang telah
terkumpul, berupa hasil observasi di dalam ruang kelas dan beberapa wawancara
yang dilakukan dengan pihak guru dan kepala sekolah, akan peneliti hubungkan dengan
teori-teori yang telah dijabarkan di atas, sehingga nantinya peneliti akan
dapat menemukan media dan metode pembelajaran apa saja yang telah
dipergunakan untuk proses pembelajaran bagi anak-anak Tuna Netra. Dan seberapa
efektif media dan metode yang dipergunakan tersebut dalam membantu
pembelajaran anak-anak tuna netra.
Penjelasan Objek yang Dilibatkan Dalam Proyek
Objek
yang dilibatkan dalam proyek ini adalah siswa-siswi yang berada di kelas VIII
atau 2 SMP dari SMPLB A Karya Murni
Medan. Setelah itu, seorang siswa kelas III di SMPLB A Karya Murni tersebut. Dan
kepala sekolah serta para guru di SMPLB A tersebut. Data diperoleh
dengan cara peneliti mengobservasi proses belajar-mengajar yang berlangsung
di dalam kelas.
Mewawancarai kepala
sekolah dan beberapa guru yang mengajar di SMPLB A Karya Murni tersebut,
terutama guru yang mengajar di kelas VIII. Kepala sekolah dan para guru
tersebut nantinya akan menjawab pertanyaan wawancara sesuai dengan hal-hal
yang sudah biasa dan sering mereka lakukan di dalam kegiatan belajar-mengajar.
PELAKSANAAN
Jadwal Perencanaan dan Pelaksanaan Kegiatan
Kalkulasi Biaya
Reward berupa kue untuk siswa = Rp15.000,00
Reward berupa kue untuk
= Rp21.000,00
Transportasi hari 1 =
Rp24.000,00
Transportasi hari 2
= Rp18.000,00
Transportasi hari 3 = Rp18.000,00 +
Total
Biaya =
Rp96.000,00
Kegiatan Pelaksanaan
Berikut merupakan uraian
pelaksanaan yang peneliti lakukan dari awal mula penelitian ini dilakukan
hingga tahap penyelesaiannya :
1. Pada hari kelima, peneliti melakukan survey ke tempat penelitian yaitu
SMPLB A Karya Murni Medan. Dan melakukan konfirmasi tentang kegiatan
observasi dan wawancara yang akan peneliti lakukan di sekolah tersebut dengan
kepala sekolah dari sekolah tersebut. Peneliti juga melihat keadaan dan
meninjau secara garis besar fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah tersebut.
Peneliti sekaligus menjelaskan berbagai hal yang kiranya memang perlu untuk
dijelaskan, seperti tujuan diadakannya observasi dan wawancara, hal yang
melatar belakangi kegiatan tersebut, kegiatan apa saja yang kiranya nanti
akan kami lakukan, dan sebagainya. Pada hari pertama ini kami juga menanyakan
tentang perlu atau tidaknya keberadaan surat izin dari pihak fakultas
psikologi dan hal apa saja yang harus tercantum dalam surat izin tersebut.
2. Pada hari keenam, peneliti melakukan diskusi mengenai
pertanyaan-pertanyaan apa saja yang nantinya akan ditanyakan kepada para
siswa, guru, dan kepala sekolah. Hal-hal apa yang akan diobservasi berkaitan
dengan judul yang peneliti angkat.
3. Pada hari ketujuh, peneliti kembali ke SMPLB A Karya Murni untuk
memberikan surat izin. Surat izin tersebut diberikan kepada kepala sekolah di
SMPLB tersebut untuk menerangkan bahwa pihak peneliti benar-benar melakukan
observasi dan wawancara yang dilatarbelakangi berdasarkan tugas mata kuliah
yang ada dari kampus dan bukan merupakan rekayasa dari peneliti. Peneliti
juga ingin semakin lebih dekat dengan lingkungan sekolah, termasuk dengan
para murid yang nantinya akan diobservasi, agar pada saat kegiatan observasi
dan wawancara dilakukan, mereka menjadi sedikit tidak kaku dan lebih mengenal
para peneliti.
4. Pada hari kesembilan, peneliti mendatangi sekolah SMPLB A Karya
murni tersebut lagi untuk mengadakan kegiatan observasi di dalam ruang kelas
VIII, untuk mengobservasi media pembelajaran apa saja yang dipergunakan oleh
murid-murid tuna netra dan metode pengajaran yang seperti apa yang dipakai
oleh para guru dalam mengajar siswa-siswi mereka. Selain itu, untuk menambah jumlah
data yang dimiliki oleh peneliti, peneliti juga mewawancari murid-murid
tersebut dan juga kepala sekolah dan wakil kepala sekolah yang juga merangkap
sebagai guru untuk mata pelajaran matematika di sekolah tersebut. Peneliti
juga mewawancari seorang siswa kelas XI yang kebetulan berada di sekolah
tersebut walaupu telah selesai mengikuti ujian nasional.
5. Pada hari kesepuluh, peneliti melakukan diskusi mengenai hasil data
observasi dan wawancara yang diperoleh. Dalam diskusi ini peneliti
menyimpulkan bahwa hasil data yang telah di dapatkan sudah cukup untuk
memberikan gambaran tentang media dan metode pembelajaran yang dipakai.
6. Pada hari kesebelas, peneliti juga melakukan diskusi untuk
penyelesaian dari mini proyek ini.
7. Pada hari keduabelas, peneliti melakukan diskusi lagi untuk
penyelesaian akhir dari mini proyek tersebut, termasuk proses pembuatan
poster.
PELAPORAN-PEMBAHASAN-DAN
EVALUASI
Laporan
Berikut ini akan dicantumkan
hasil rangkuman dari sesi wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
murid, dan kepala sekolah.
1. Nama = Joshua
Umur = 15 tahun
Bersekolah di SLB Karya Murni sejak SD Kelas 2.
Joshua merupakan siswa kelas VIII
yang menderita gangguan tingkat penglihatan yang rendah atau low vision. Menurutnya guru-guru yang
mengajar di SLB tersebut pada umumnya adalah guru-guru yang baik dan mau
mengerti kedaan mereka. Ia masih dapat melihat walaupun dengan jarak pandang
yang pendek. Sehingga dalam belajar, dia masih dapat menulis seperti biasa.
Menurutnya guru yang mengajar banyak memakai metode megajar ceramah, diskusi
dan tanya jawab. Untuk pelajaran matematika, mereka sering diberikan tugas
rumah berupa soal-soal. Ia juga menyukai pelajaran tambahan mengenal
lingkungan yang mereka sebut sebagai pelajaran orientasi mobilitas dengan memakai tongkat, lalu diberikan arahan
oleh guru untuk mengenal lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah
agar siswa dapat berjalan mandiri.
2. Nama = Darwin
Umur = 17 tahun
Bersekolah di SLB Karya Murni sejak umur 5 tahun.
Darwin merupakan siswa kelas VIII
yang menderita gangguan tuna netra.Pelajaran favoritnya adalah bahasa
Indonesia dan kesenian. Ia memiliki hobby bernyanyi,bermain alat musik
acordian, dan membaca. Karena menderita gangguan buta total, sehingga Darwin
harus menulis dengan memakai alat tulis seperti paku yang mereka sebut pena.
Dan memakai reglet yaitu berupa papan untuk membuat huruf braile. Ia juga
memakai alat reken plank yang digunakan untuk
memperkenalkan titik-titik Braille juga dapat digunakan untuk melatih
kepekaan diri dari siswa tunanetra. Buku yang dipakai memiliki huruf
braile untuk semua mata pelajaran kecuali matematika. Selain itu kaset
(victory reader) / CD pembaca untuk cerita dan beberapa pelajaran yang
membutuhkan suara.
3. Nama = Desmon
Umur = 15 tahun
Bersekolah di SLB Karya Murni sejak pertengahan 2003.
Ia merupakan murid kelas VIII di SLB
tersebut.Desmon juga menderita gangguan penyakit buta total. Ia menyukai
pelajaran bahasa Indonesia. Akan tetapi kalau pelajaran matematika, ia tidak
terlalu suka karena terkadang kurang mengerti. Dari beberapa pelajaran, ia
mengatakan bahwa pada saat pelajaran biologi, mereka lenih banyak melakukan
praktek. Ia juga mengatakan bahwa gaya tempat duduk yang dibuat oleh mereka
bervariasi. Akan tetapi kebanyakan dengan sistem menghadap ke guru dan saling
berhadapan dengan siswa. Untuk pelajaran biologi dan fisika, guru akan mengajarakan
materi pelajaran lalu mereka diberi tugas secara kelompok. Tidak menyukai
pelajaran biologi.Pada pelajaran matematika terdapat banyak PR. Biologi
memberi tugas berupa rangkuman soal. Untuk pelajaran olahraga, siswa belajar
diluar. Mereka diberi pemanasan dan setelah itu beberapa permainan olahraga.
Namun kebanyakan mereka diberi kebebasan untuk berolahraga apapun. Tetapi
untuk permainan sepak bola, bola yang dipakai mengeluarkan bunyi.
3. Nama = Erni
Umur = 14 tahun
Bersekolah si SLB Karya Murni sejak kelas 1 SD.
Erni juga merupakan murid kelas VIII
di SLB tersebut.Erni merupakan siswa dengan gangguan mata yang hanya
berfungsi sebelah. Ia menyukai pelajaran bahasa Inggris. Namun tidak menyukai
pelajaran biologi. Ia juga masih dapat menulis dengan cara biasa dan membaca
tidak perlu memakai huruf braille karena masih dapat membaca dan menulis .
Jika pelajaran geografi memakai globe yang ditunjukkan satu per satu kepada
mereka. Dan saat pelajaran geografi mereka mempergunakan peta timbul agar
lebih mudah dalam mengenal bentuk daerah dan nama daerahnya. Ia mengatakan
bahwa saat pelajaran biologi, guru kerap menyuruh siswa untuk membaca buku
mereka dan merangkum pelajaran tersebut.
4. Nama = Ferdian
Umur = 16 tahun.
Bersekolah di SLB Karya Murni sejak kelas 1 SMP .
Ia merupakan siswa kelas IX di SLB
tersebut. Ia mengatakan bahwa pembelajaran di sekolah tersebut bagus, sarana
yang dimiliki juga cukup membantu dalam proses pembelajaran. Fasilitas yang
tersedia bagi para siswa juga mencukupi. Untuk ujian mereka memakai soal yang
diubah menjadi soal dengan huruf braille oleh percetakan disekolah mereka.
Alat pembelajaran yaitu reglet berbentuk persegi panjang dengan
lubang-lubang, digunakan dengan cara ditusuk dengan pena. Mereka juga memakai
alat hitung yaitu abakus atau sempoa. Papan geometri digunakan untuk membuat
bentuk-bentuk seperti kubu, balok,dan sebagainya dengan memakai karet. Setiap
tahun mereka juga mempersiapkan diri untuk porcanas (pekan olahraga cacat
nasional).
5. Nama = Suster Geralda
Jabatan = Kepala sekolah SMPLB A Karya Murni
Beliau menagtakan bahwa metode pengajaran
yang diajarkan di sekolah tersebut adalah metode pengajaran yang bersifat
interaktif. Melibatkan metode dua arah antara guru dan siswa. Media
pembelajaran berfokus kepada alat-alat yang berhubungan dengan audio. Mata
pelajaran yang diajarkan adalah bahasa Indonesia, bahasa Inggris, sejarah,
geografi, ekonomi, biologi, fisika, matematika. Ppkn, agama, olahraga,
komputer. Tetapi mereka tidak mempelajari pelajaran kimia. Siswa di sekolah
tersebut juga didukung dengan berbagai pelajaran tambahan lainnya berupa
kesenian dan olahraga untuk membantu mengembangkan keterampilan siswa. Mereka
juga dipersiapkan untuk lomba PORCANAS (Pekan Olahraga Cacat Nasional) dimana
akan ada lomba-lomba dalam bidang kesenian, berupa lomba permainan alat
musik, bernyanyi,bermain catur. Dan dalam bidang olahraga seperti lomba bola
kaki, dan lain sebagainya.
Untuk media pembelajaran, terdapat
perbedaan pada pelajaran tertentu, misalnya :
- Matematika
: reken plank, reglet, stylus atau pena, dan
abacus seperti alat hitung yang digunakan anak tuna netra.
- Geografi : peta timbul yang didalamnya terdapat gambar
timbul dan huruf braille yang diperbesar ukurannya.
- Bahasa
Inggris dan Indonesia : kamus
elektronik
- Komputer
: braille display yaitu keyboard komputer khusus yang digunakan
anak tuna netra. Dan komputer dengan sistem jaws, dimana komputer tersebut
akan mengeluarkan suara berupa
perintah yang telah kita berikan padanya.
- Olahraga : papan tenis meja yang mejanya dibawah dan bola
kaki yang dapat mengeluarkan bunyi.
Dan dari hasil observasi peneliti,
peneliti menemukan terdapan beberapa metode yang berbeda yang diberikan oleh
guru-guru di SMPLB tersebut, khususnya didalam kelas yang kami observasi.
Berikut ini adalah gambaran dari observasi yang telah peneliti lakukan :
1. Guru mata pelajaran geografi.
Beliau menggunakan metode pengajaran
dengan metode ceramah dan demonstrasi. Dimana guru menerangkan materi
pelajaran dan memberikan contoh yang nyata dari materi tersebut. Beliau
mengajar dengan cara duduk di bangku dan meja guru dan sesekali berjalan
mengelilingi murid saat memberikan contoh. Suaranya lambat namun memiliki
volume suara yang keras, terdapat penekanan kata. Gaya penataan kelas yang
dipakai adalah gaya tatap muka.Suasana kelas yang diciptakan menjadi serius
dan monoton. Dari segi para murid, mereka terlihat begitu serius, tegang, dan
sedikit bosan. Bagi siswa yang menderita buta total, mereka terlihat sedikit
kelelahan karena harus terus menulis apa yang dikatakan oleh beliau. Teori Perencanaan dan Instruksi Pelajaran yang
dipakai berbentuk teacher centered.
2. Guru mata pelajaran matematika.
Beliau menggunakan metode pengajaran
tanya jawab dan diskusi. Beliau hanya memberikan materi pembelajaran berupa
materi-materi penting, lalu lebih banyak memberikan contoh soal dan meminta
siswa untuk mengerjakannya. Beliau juga sering memberikan pekerjaan rumah
kepada para siswa untuk sebagai bahan latihan bagi siswa. Gaya penataan kelas yang digunakan
adalah gaya tatap muka. Dalam pengajarannya beliau juga melebihkan pada
intonasi suara dan sentuhan kepada siswa.
Ia juga memberikan bahan peragaan
berupa kubus, balok, dan sebagainya yang sudah dibuat dari besi, sehingga
siswa dapat merabanya. Gaya belajar tidak monoton. Walaupun siswa tidak dapat
melihat tapi mereka tetap terlihat fokus dan rileks saat belajar matematika. Teori Perencanaan dan Instruksi Pelajaran yang
dipakai berbentuk teacher centered.
3. Guru mata pelajaran olahraga.
Beliau menggunakan metode pengajaran
ceramah dan tanya jawab. Beliau memberikan penjelasan tentang suatu materi
dan memberikan pertanyaan kepada beberapa siswa. Gaya penataan kelas yang
digunakan adalah gaya tatap muka. Beliau juga banyak membuat penjelasan
materi-materi pelajaran kedalam bentuk cerita agar murid dapat lebih tertarik
dan mudah mengerti. Siswa terlihat santai dan rileks tetapi juga merespon
pelajaran dari beliau. Teori
Perencanaan dan Instruksi Pelajaran yang dipakai berbentuk teacher centered.
Pembahasan
Berdasarkan hasil dari observasi dan
wawancara diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa :
A. Media pembelajaran yang terdapat
pada SMPLB A tersebut sudah cukup mendukung bahkan termasuk dalam kategori
baik, bagi proses pembelajaran siswa di sekolah.
B.
Murid-murid di sekolah tersebut juga sudah memiliki media belajar
pribadi yang cukup memadai di rumah.
C. Suasana belajar juga sangat
mendukung bagi peningkatan pembelajaran siswa. Dengan halaman sekolah yang
luas dan kelas yang nyaman.
D. Metode pengajaran yang digunakan
cenderung interaktif. Namun tetap terdapat beberapa guru yang cenderung
monoton dalam mengajar sehingga menimbulkan efek bosan oleh para siswa.
Tetapi hal tersebut dapat membuat siswa menjadi lebih serius dalam mendengarkan
guru. Metode mengajar yang dilakukan para guru juga dirasa cukup efektif bagi
proses pembelajaran karena lebih cenderung melibatkan komunikasi dua arah
antara guru dan murid untuk membantu menarik perhatian siswa. Guru juga lebih
cenderung memakai suara yang jelas, kuat, dan perlahan sehinggan siswa tetap
dapat mengerti.
E. Gaya penataan kelas cenderung
memakai gaya tatap muka, yang membuat siswa dapat saling berhadapan. Namun
disatu sisi, gaya penataan kelas tersebut dirasa kurang efektif karena guru
tidak secara jelas dapat melihat ekspresi wajah siswa dari tampak depan.
Namun disisi lain, gaya penataan kelas tersebut juga dinilai cukup bagus.
Karena dengan begitu, guru menjadi lebih leluasa untuk berdiri di
tengah-tengah siswa. Dan menjalin komunikasi yang lebih dekat dengan siswa di
dalam kelas.
F. Teori
Perencanaan dan Instruksi Pelajaran yang dipakai lebih banyak berbentuk
teacher centered walaupun ada beberapa guru yang memakai metode learner
centered. Namun menurut peneliti, bagi para siswa berkebutuhan siswa terutama
tuna netra. Teori perencanaan dan instruksi pelajaran dengan teacher centered
memang dirasa lebih baik. Karena di satu sisi, dengan kondisi siswa yang
demikian, ia akan cenderung lebih sulit untuk belajar sendiri dan mencari
sendiri informasi tentang pelajarannya. Sehingga akan lebih mungkin dilakukan
perencanaan dan instruksi pelajaran teacher centered. Dimana materi pelajaran
bersumber lebih banyak dari guru dan guru lebih banyak berperan daripada
murid. Namun guru tetap harus memperhatikan variasi pengajaran sehingga murid
tidak akan cepat merasa bosan dan dapat tetap fokus terhadap pelajaran.
Dengan demikian, guru dapat menjadi semakin dekat dengan para murid.
PENUTUP
Evaluasi
Dari
mulai proses perencanaan sampai dengan pelaporan dan evaluasi, peneliti mendapatkan
beberapa hambatan. Hambatan yang peneliti rasakan adalah pertama pada saat
awal pemilihan topik. Pada tahap tersebut peneliti menghabiskan cukup banyak waktu
karena harus menyatukan ide-ide dari tiga pemikiran yang berbeda-beda.
Peneliti juga pertama kali tidak memilih topik tentang hal ini. Namun setelah
melewati banyak diskusi kelompok, peneliti akhirnya memilih untuk membahas
topik ini.
Hambatan
yang kedua dirasakan pada saat memilih hal-hal apa saja yang akan peneliti
lakukan dan peneliti bicarakan berkaitan dengan topik tersebut. Karena
peneliti juga harus melakukan banyak diskusi dalam menentukan hal-hal
tersebut.
Hambatan
yang ketiga dirasakan pada saat peneliti ingin melakukan kegiatan observasi
dan wawancara. Peneliti harus mencari jadwal dan hari yang sesuai dengan
keadaan peneliti dan objek penelitian. Terlebih lagi peneliti harus
mengundurkan waktu kegiatan observasi selama seminggu karena pihak sekolah
akan mengadakan Ujian Nasional bagi siswa SMPLB tersebut.
Testimoni
Atas nama kelompok, kami seluruhnya terkesan dengan adanya tugas mini proyek
ini. Tugas mini proyek ini merupakan suatu hal baru yang kami alami. Dengan
adanya tugas mini proyek ini, kami semakin mengerti tentang materi pelajaran
pada mata kuliah Psikologi Pendidikan terutama materi tentang anak
berkebutuhan khusus. Semoga kedepannya bila ada tugas proyek lagi, kami dapat
menjadi lebih maksimal didalam mengerjakannya karena kami telah mendapat
“pelatihan” dasar mengenai hal ini dengan adanya tugas mini proyek.
Selain itu, atas nama pribadi, banyak yang kami rasakan saat melaksanakan
tugas ini, berikut penjabarannya dari masing-masing anggota kelompok :
§ Desi Mariana
Menurut saya, tugas proyek mini ini cukup sulit ya
soalnya baru pertama kali saya mendapat tugas seperti ini. Tapi bagus juga
sih karena bisa menjadi bekal buat saya dan teman-teman dalam mengerjakan
skripsi nanti. Saya juga cukup senang sewaktu mengunjungi SMPLB Karya Murni
tersebut karena selain muridnya ramah-ramah, staf dan gurunya juga sangat
menerima kedatangan kami dengan tangan terbuka. Saya juga lebih mendapat
pelajaran bagaimana metode dan media apa saja yg mereka pakai sewaktu
belajar. Suatu pengalaman yang menyenangkan mengerjakan tugas proyek mini
ini.
§ Safrida
Liasana br Tarigan
Saya
bersyukur karena pada akhirnya Tugas Mini Proyek ini dapat selesai dengan
baik dan lancar. Berbagai perasaan campur aduk pada awalnya ketika diberikan
tugas ini. Ada rasa senang dan gugup yang mendominasi mengingat kami memilih
materi tentang Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang berarti kami harus
melakukan observasi langsung di SLB Karya Murni A (khusus Tunanetra). Hal ini
merupakan pengalaman pertama dan unik buat saya. Disana kami menemukan
anak-anak Tunanetra yang memiliki motivasi tinggi untuk belajar walaupun
dibatasi oleh kekurangan mereka. Mereka sama dengan anak normal lainnya,
mereka tetap bermain, mereka juga tetap belajar dengan materi dan mata pelajaran
yang sama dengan sekolah biasa hanya mereka menggunakan media khusus seperti
buku dengan huruf Braille, komputer dengan software Jaws, papan Block cis
(untuk pelajaran Mate-matika) dan lain sebagainya. Walaupun yang disayangkan
berdasarkan hasil wawancara kami para guru mengatakan bahwa mereka masih
kekurangan buku paket karena memang agak susah untuk memperoleh buku paket
dengan cetakan Braille. Saya menemukan banyak manfaat dari penugasan ini,
saya menjadi lebih banyak tahu tentang pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus dan yang lebih pentingnya lagi saya bisa menjadi lebih peka untuk
dapat berinteraksi dan memahami anak-anak berkebutuhan khusus yang seringkali
masih tidak dipedulikan oleh kebanyakan orang.
§ Nenita Sari S
G
Menurut saya, tugas mini proyek ini merupakan tugas
yang cukup menarik sekaligus menantang. Karena saya baru pertama kalinya
mengerjakan tugas seperti ini. Pada awal pengerjaan tugas mini proyek ini,
saya merasa bahwa akan ada beberapa hambatan yang cukup sulit yang akan kami
hadapi. Terutama saat kami harus membuat surat izin untuk mengadakan kegiatan
observasi dan wawancara. Namun ternyata sejalan dengan berbagai diskusi yanng
telah kami lakukan. Pengerjaan tugas ini pun menjadi semakin mudah. Saya juga
merasa semakin berani dan percaya diri karena secara otomatis, kami juga
harus berhubungan dan menjalin komunikasi yang baik dengan orang-orang yang
baru saya kenal melalui proses wawancara. Namun secara keseluruhan, saya
merasa tugas mini proyek ini sangat menarik dan menyenangkan.
§ Mira Tantri
Saragih
Mengerjakan tugas mini proyek ini
merupakan pengalaman yang baru buat saya.
Dan tidak saya pungkiri bahwa pertama kali diberi tahu tentang adanya
tugas mini proyek ini, saya merasakan kecemasan yang luar biasa krn belum
pernah terjun langsung ke lapangan demi mencari informasi yang kami butuhkan.
Topik yang kami pilih adl tentang metode dan pengajaran pada anak tunanetra.
Kami pun pergi ke SLB-A dimana merupakan sekolah khusus utk anak tunanetra.
Dan saya sangat senang atas sambutan hangat dari guru dan murid-murid di SLB
tersebut yangg memperbolehkan kami untuk melakukan observasi dan wawancara
sampai selesai. Saya pun berterimakasih kepada Bu Dina yang telah memberikan
suatu tugas yang sangat menantang namun juga bermanfaat untuk kami.
POSTER
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, Jhon. W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta:Kencana
|
Langganan:
Postingan (Atom)