| 
 
PENDAHULUAN 
Latar Belakang 
            Pendidikan
  bagi anak berkebutuhan khusus akhir-akhir ini sudah mulai mengalami
  perkembangan. Pemerintah Indonesia termasuk Dinas Pendidikan juga sudah
  menaruh perhatian kepada penempatan pendidikan bagi anak-anak dengan
  kebutuhan khusus. Hal ini dapat terlihat dari beberapa sekolah yang sudah
  disediakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka. Namun walaupun
  demikian, media pembelajaran bagi anak dengan kebutuhan khusus ini masih
  kurang memadai, demikian juga dengan jumlah sekolah yang ada kerap kali belum
  sesuai dengan jumlah anak-anak berkebutuhan khusus. 
          Seperti
  halnya di Indonesia, terutama di daerah kota Medan peneliti melihat bahwa
  hanya terdapat beberapa sekolah yang memang diperuntukkan untuk menangani
  anak-anak dengan kebutuhan khusus tersebut, terutama anak-anak dengan kondisi
  cacat fisik, misalnya tuna netra. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik
  untuk membahas tentang media dan metode pembelajaran pada anak tuna netra.
  Peneliti ingin mengobservasi berbagai media pembelajaran yang kerap digunakan
  oleh anak-anak tuna netra di dalam kegiatan belajar mereka. Selain itu apakah
  media pembelajaran tersebut sudah cukup memenuhi dalam kebutuhan belajar
  mereka. 
          Peneliti
  juga tertarik untuk membahas tentang berbagai metode pembelajaran yang
  digunakan dalam proses belajar mengajar bagi anak-anak dengan kebutuhan
  khusus terutama anak tuna netra. Serta sudah seberapa efektif kah metode
  pengajaran yang diberikan kepada anak-anak tuna netra di dalam persekolahan
  mereka. 
 
Tujuan 
          Tujuan dari
  penelitian ini adalah untuk mengobservasi berbagai media pembelajaran yang
  digunakan bagi pendidikan anak-anak tuna netra. Dan mengetahui metode
  pembelajaran yang juga digunakan dalam proses belajar mengajar bagi anak-anak
  tuna netra guna memperoleh metode pembelajaran yang paling efektif bagi
  anak-anak tuna netra.
 
 
Manfaat 
          Manfaat
  dari penelitian ini adalah : 
           -   Mengetahui berbagai
  media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan anak-anak tuna netra. 
               -   Mengetahui berbagai
  metode pembelajaran yang ada. 
               -   Mengetahui metode
  pembelajaran yang efektif bagi anak-anak tuna netra. 
               -    Mengetahui pentingnya
  metode pengajaran teacher centered dan learner centered. 
 
LANDASAN TEORI 
 
Dalam hal ini,
  peneliti menggunakan beberapa teori yang bisa digunakan untuk
  menjelaskan fenomena yang terjadi, seperti : 
1. Teori tentang Metode Mengajar 
    Ada beberapa metode mengajar
  yang digunakan para guru, garis besarnya yaitu : 
  Ã¼  Metode Ceramah 
Metode mengajar yang dilakukan guru dengan cara satu arah, dimana guru
  sepenuhnya memberikan materi pelajaran dan murid mendengarkan. Dalam pelaksanaan ceramah
  untuk menjelaskan urainnya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu, seperti
  gambar- gambar dan yang paling utama adalah bahasa lisan. 
  Ã¼ Metode Diskusi 
Metode mengajar dimana guru akan membentuk murid menjadi beberapa
  kelompok. Dan kelompok-kelompok murid ini nanti akan mendiskusikan tentang
  materi pelajaran yang sedang dibahas. 
  Ã¼  Metode Tanya-Jawab 
Metode
  tanya jawab ialah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus
  dijawab, terutama dari guru ke siswa dan begitu juga sebaliknya. 
  Ã¼  Metode Demonstrasi 
Metode
  Demostrasi atau praktik adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan
  untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana
  melakukan sesuatu kepada anak didik. Metode ini digunakan untuk mendapatkan
  gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses yang
  bersifat praktis. 
  Ã¼  Metode Pemberian Tugas 
Metode
  pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar di mana guru
  memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggung
  jawabkan kepada guru. 
   
  Teori tentang metode pengajaran ini digunakan oleh peneliti untuk
  menjelaskan penggunaan metode pengajaran yang diberikan oleh guru di SLB
  tersebut kepada muridnya. 
 
    2. Teori Perencanaan
  dan Instruksi Pelajaran 
Terdapat dua jenis teori perencanaan dan pelajaran, yaitu 
 Ã¼  Teacher-Centered 
Di dalam pendekatan teori ini, perencanaan dan instruksi pembelajaran disusun
  dengan ketat dan guru mengarahkan pembelajaran murid. Pada tipe perencanaan
  pelajaran ini, guru jauh lebih banyak berperan daripada murid.Tiga alat umum
  yang berguna dalam perencanaan ini, yaitu menciptakan sasaran behavioral
  (perilaku), menganalisis tugas, dan menyusun taksonomi (klasifikasi)
  instruksional. 
 Ã¼   Learner-Centered 
Instruksi dan perencanaannya terletak pada siswa, bukan guru.Prinsip ini
  menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Jadi di dalam
  pendekatan ini, murid yang lebih banyak aktif daripada guru. Murid berusaha
  mencari sendiri bahan tambahan materi pelajaran. Dan guru akan membimbing
  murid dalam proses belajar. Dalam learner centered, ada tiga strategi
  pembelajaran yang digunkan oleh guru, yaitu : Pembelajaran berbasis pada
  problem, Pertanyaan esensial, dan Pembelajaran penemuan. 
 
3. Teori tentang Gaya Penataan Kelas 
Terdapat beberapa gaya penataan kelas yang digunakan dalam proses
  belajar-mengajar, diantaranya : 
·        
  Gaya Auditorium 
Dimana semua murid duduk mengahadap guru. 
·        
  Gaya Tatap Muka 
Dimana murid saling duduk secara berhadapan. 
·        
  Gaya Off-set 
Dimana sejumlah murid (bisanya tiga atau empat anak) duduk di bangku
  tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. 
·        
  Gaya Seminar 
Dimana sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk di susunan berbentuk
  lingkaran, atau persegi, atau bentuk U. 
·        
  Gaya Klaster 
Dimana sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak)
  bekerja dalam kelompok kecil. 
 
4. Teori tentang Model Media
  Pembelajaran  
·     
  Media dua dimensi  
Media dua dimensi meliputi media
  grafis, media bentuk papan, dan media cetak.  
·     
  Media tiga dimensi 
    Media tiga dimensi dapat
  berwujud sebagai benda asli baik hidup atau mati dan dapat pula berwujud
  sebagian tiruan yang mewakili aslinya (miniatur). 
 
PERENCANAAN 
 
Alat dan Bahan yang Digunakan untuk
  Merealisasikan Proyek 
            Alat
  yang peneliti gunakan saat melakukan wawancara dan observasi dengan para
  Objek, yaitu: 
 a. Kamera, yang dipakai untuk pengambilan foto dan merekam sesi
  wawancara. 
      b. Hand Phone,
  yang dipakai untuk pengambilan beberapa foto lainnya. 
      c. Notes dan
  Alat tulis, yang dipakai sebagai pencatat hasil wawancara 
               Alat yang peneliti
  gunakan saat menyelesaikan proyek, yaitu : 
 a.  Laptop 
      b. Buku Pedoman 
      c. Catatan 
 d. Alat tulis 
 e. Rekaman sesi
  wawancara dan observasi. 
 f. Data-data objek 
 
Analisis Data     
Data yang akan peneliti dapatkan
  adalah berupa data yang didapat dari proses observasi yang dilakukan oleh
  peneliti di dalam ruangan kelas selama proses belajar-mengajar berlangsung. Data
  observasi(berupa foto-foto dan rekaman video) ini juga nantinya akan dapat
  menjelaskan bagaimana keadaan dan kondisi yang terjadi di dalam proses
  belajar-mengajar. Dan juga data yang didapatkan melalui proses wawancara
  singkat dengan para objek , yang nantinya akan berupa sejenis percakapan
  antara peneliti dan para objek, selanjutnya akan diringkas dan dirangkum
  kedalam suatu bentuk penjelasan yang dapat mencakup jawaban dari
  pertanyaan-pertanyaan yang ada. 
Pertanyaan-pertanyaan yang
  dilontarkan peneliti, berhubungan dengan metode pengajaran yang dilakukan
  guru dan media-media pembelajaran apa saja yang digunakan oleh guru untuk
  menyampaikan materi pelajaran kepada murid-murid. Selain itu, observasi yang
  dilakukan oleh peneliti juga berhubungan untuk mengetahui media pembelajaran
  dan metode pembelajaran apa yang dipergunakan oleh guru dan para murid. 
Selanjutnya data-data yang telah
  terkumpul, berupa hasil observasi di dalam ruang kelas dan beberapa wawancara
  yang dilakukan dengan pihak guru dan kepala sekolah, akan peneliti hubungkan dengan
  teori-teori yang telah dijabarkan di atas, sehingga nantinya peneliti akan
  dapat menemukan media dan metode pembelajaran apa saja yang telah
  dipergunakan untuk proses pembelajaran bagi anak-anak Tuna Netra. Dan seberapa
  efektif media dan metode yang dipergunakan tersebut dalam membantu
  pembelajaran anak-anak tuna netra. 
 
Penjelasan Objek yang Dilibatkan Dalam Proyek 
            Objek
  yang dilibatkan dalam proyek ini adalah siswa-siswi yang berada di kelas VIII
  atau 2 SMP dari  SMPLB A Karya Murni
  Medan. Setelah itu, seorang siswa kelas III di SMPLB A Karya Murni tersebut. Dan
  kepala sekolah serta para guru di SMPLB A tersebut. Data diperoleh
  dengan cara peneliti mengobservasi proses belajar-mengajar yang berlangsung
  di dalam kelas. 
            Mewawancarai kepala
  sekolah dan beberapa guru yang mengajar di SMPLB A Karya Murni tersebut,
  terutama guru yang mengajar di kelas VIII. Kepala sekolah dan para guru
  tersebut nantinya akan menjawab pertanyaan wawancara sesuai dengan hal-hal
  yang sudah biasa dan sering mereka lakukan di dalam kegiatan belajar-mengajar. 
 
PELAKSANAAN 
 
Jadwal Perencanaan dan Pelaksanaan Kegiatan 
 
   
    | 
No | 
Hari | 
Kegiatan | 
Tempat |  
    | 
1. 
 
 
2. 
 
 
3. 
 
 
 
4. 
 
 
5. 
 
 
6. 
 
 
 
 
7 
 
 
8 
 
 
9 
 
 
 
10 
 
 
11 
 
 
12 | 
Sabtu, 31 Maret 2012 
 
Rabu, 4 April 2012 
 
 
Senin, 9 April 2012 
 
 
 
Selasa, 17 April 2012 
 
Senin, 30 April 2012 
 
Kamis, 3 Mei 2012 
 
 
 
 
Jumat, 11 Mei 2012 
 
 
Minggu, 13 Mei 2012 
 
Senin, 14 Mei 2012 
 
 
 
Selasa, 15 Mei 2012 
 
Jumat, 18 Mei 2012 
 
 
Rabu, 23 Mei 2012 | 
Pemilihan topik yang diangkat 
 
 
Pemilihan judul yang tepat 
 
 
Diskusi tentang hal-hal yang akan dibahas
    berkaitan dengan judul tersebut 
 
Perencanaan tempat kegiatan
    penelitian 
 
Survey ke sekolah dan konfirmasi
    kegiatan observasi dan wawancara 
 
Diskusi tentang hal-hal  apa saja yang akan di observasi dan
    pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan dalam wawancara 
 
Pemberian surat izin 
 
 
Pembelian reward untuk para guru
    dan siswa 
 
Pelaksanaan kegiatan observasi
    kelas dan wawancara dengan kepala sekolah dan para guru. 
 
Diskusi mengenai hasil data
    observasi dan wawancara 
 
Diskusi penyelesaian mini proyek 
 
 
Penyelesaian akhir mini proyek | 
Fakultas Psikologi USU 
 
Fakultas Psikologi USU 
 
Fakultas Psikologi USU 
 
 
Fakultas Psikologi USU 
 
SMPLB A Karya Murni Medan 
 
Fakultas Psikologi USU  
 
 
 
SMPLB A Karya Murni Medan 
 
Toko Roti Mayestik 
 
 
SMPLB A Karya Murni Medan 
 
 
Fakultas Psikologi USU  
 
Fakultas Psikologi USU  
 
Fakultas Psikologi USU  |  
 
Kalkulasi Biaya 
Reward berupa kue untuk siswa                          = Rp15.000,00 
Reward berupa kue untuk  
    
                          
      = Rp21.000,00 
Transportasi hari 1                                            =
  Rp24.000,00 
Transportasi hari 2                                           
  = Rp18.000,00 
Transportasi hari 3                                            = Rp18.000,00    + 
Total
  Biaya                                                        = 
  Rp96.000,00 
 
Kegiatan Pelaksanaan 
       Berikut merupakan uraian
  pelaksanaan yang peneliti lakukan dari awal mula penelitian ini dilakukan
  hingga tahap penyelesaiannya : 
1. Pada hari kelima, peneliti melakukan survey ke tempat penelitian yaitu
  SMPLB A Karya Murni Medan. Dan melakukan konfirmasi tentang kegiatan
  observasi dan wawancara yang akan peneliti lakukan di sekolah tersebut dengan
  kepala sekolah dari sekolah tersebut. Peneliti juga melihat keadaan dan
  meninjau secara garis besar fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah tersebut.
  Peneliti sekaligus menjelaskan berbagai hal yang kiranya memang perlu untuk
  dijelaskan, seperti tujuan diadakannya observasi dan wawancara, hal yang
  melatar belakangi kegiatan tersebut, kegiatan apa saja yang kiranya nanti
  akan kami lakukan, dan sebagainya. Pada hari pertama ini kami juga menanyakan
  tentang perlu atau tidaknya keberadaan surat izin dari pihak fakultas
  psikologi dan hal apa saja yang harus tercantum dalam surat izin tersebut. 
2. Pada hari keenam, peneliti melakukan diskusi mengenai
  pertanyaan-pertanyaan apa saja yang nantinya akan ditanyakan kepada para
  siswa, guru, dan kepala sekolah. Hal-hal apa yang akan diobservasi berkaitan
  dengan judul yang peneliti angkat. 
3. Pada hari ketujuh, peneliti kembali ke SMPLB A Karya Murni untuk
  memberikan surat izin. Surat izin tersebut diberikan kepada kepala sekolah di
  SMPLB tersebut untuk menerangkan bahwa pihak peneliti benar-benar melakukan
  observasi dan wawancara yang dilatarbelakangi berdasarkan tugas mata kuliah
  yang ada dari kampus dan bukan merupakan rekayasa dari peneliti. Peneliti
  juga ingin semakin lebih dekat dengan lingkungan sekolah, termasuk dengan
  para murid yang nantinya akan diobservasi, agar pada saat kegiatan observasi
  dan wawancara dilakukan, mereka menjadi sedikit tidak kaku dan lebih mengenal
  para peneliti. 
4. Pada hari kesembilan, peneliti mendatangi sekolah SMPLB A Karya
  murni tersebut lagi untuk mengadakan kegiatan observasi di dalam ruang kelas
  VIII, untuk mengobservasi media pembelajaran apa saja yang dipergunakan oleh
  murid-murid tuna netra dan metode pengajaran yang seperti apa yang dipakai
  oleh para guru dalam mengajar siswa-siswi mereka. Selain itu, untuk menambah jumlah
  data yang dimiliki oleh peneliti, peneliti juga mewawancari murid-murid
  tersebut dan juga kepala sekolah dan wakil kepala sekolah yang juga merangkap
  sebagai guru untuk mata pelajaran matematika di sekolah tersebut. Peneliti
  juga mewawancari seorang siswa kelas XI yang kebetulan berada di sekolah
  tersebut walaupu telah selesai mengikuti ujian nasional. 
5. Pada hari kesepuluh, peneliti melakukan diskusi mengenai hasil data
  observasi dan wawancara yang diperoleh. Dalam diskusi ini peneliti
  menyimpulkan bahwa hasil data yang telah di dapatkan sudah cukup untuk
  memberikan gambaran tentang media dan metode pembelajaran yang dipakai. 
6. Pada hari kesebelas, peneliti juga melakukan diskusi untuk
  penyelesaian dari mini proyek ini. 
7. Pada hari keduabelas, peneliti melakukan diskusi lagi untuk
  penyelesaian akhir dari mini proyek tersebut, termasuk proses pembuatan
  poster. 
 
PELAPORAN-PEMBAHASAN-DAN
  EVALUASI 
 
Laporan 
    Berikut ini akan dicantumkan
  hasil rangkuman dari sesi wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
  murid, dan kepala sekolah. 
1. Nama = Joshua 
   
  Umur = 15 tahun 
  
  Bersekolah di SLB Karya Murni sejak SD Kelas 2.  
Joshua merupakan siswa kelas VIII
  yang menderita gangguan tingkat penglihatan yang rendah atau low vision. Menurutnya guru-guru yang
  mengajar di SLB tersebut pada umumnya adalah guru-guru yang baik dan mau
  mengerti kedaan mereka. Ia masih dapat melihat walaupun dengan jarak pandang
  yang pendek. Sehingga dalam belajar, dia masih dapat menulis seperti biasa.
  Menurutnya guru yang mengajar banyak memakai metode megajar ceramah, diskusi
  dan tanya jawab. Untuk pelajaran matematika, mereka sering diberikan tugas
  rumah berupa soal-soal. Ia juga menyukai pelajaran tambahan mengenal
  lingkungan yang mereka sebut sebagai pelajaran orientasi mobilitas dengan memakai tongkat, lalu diberikan arahan
  oleh guru untuk mengenal lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah
  agar siswa dapat berjalan mandiri. 
2. Nama = Darwin 
   
  Umur = 17 tahun 
   
  Bersekolah di SLB Karya Murni sejak umur 5 tahun. 
Darwin merupakan siswa kelas VIII
  yang menderita gangguan tuna netra.Pelajaran favoritnya adalah bahasa
  Indonesia dan kesenian. Ia memiliki hobby bernyanyi,bermain alat musik
  acordian, dan membaca. Karena menderita gangguan buta total, sehingga Darwin
  harus menulis dengan memakai alat tulis seperti paku yang mereka sebut pena.
  Dan memakai reglet yaitu berupa papan untuk membuat huruf braile. Ia juga
  memakai alat reken plank yang digunakan untuk
  memperkenalkan titik-titik Braille juga dapat digunakan untuk melatih
  kepekaan diri dari siswa tunanetra. Buku yang dipakai memiliki huruf
  braile untuk semua mata pelajaran kecuali matematika. Selain itu kaset
  (victory reader) / CD pembaca untuk cerita dan beberapa pelajaran yang
  membutuhkan suara. 
3. Nama = Desmon 
   
  Umur = 15 tahun 
   
  Bersekolah di SLB Karya Murni sejak pertengahan 2003. 
Ia merupakan murid kelas VIII di SLB
  tersebut.Desmon juga menderita gangguan penyakit buta total. Ia menyukai
  pelajaran bahasa Indonesia. Akan tetapi kalau pelajaran matematika, ia tidak
  terlalu suka karena terkadang kurang mengerti. Dari beberapa pelajaran, ia
  mengatakan bahwa pada saat pelajaran biologi, mereka lenih banyak melakukan
  praktek. Ia juga mengatakan bahwa gaya tempat duduk yang dibuat oleh mereka
  bervariasi. Akan tetapi kebanyakan dengan sistem menghadap ke guru dan saling
  berhadapan dengan siswa. Untuk pelajaran biologi dan fisika, guru akan mengajarakan
  materi pelajaran lalu mereka diberi tugas secara kelompok. Tidak menyukai
  pelajaran biologi.Pada pelajaran matematika terdapat banyak PR. Biologi
  memberi tugas berupa rangkuman soal. Untuk pelajaran olahraga, siswa belajar
  diluar. Mereka diberi pemanasan dan setelah itu beberapa permainan olahraga.
  Namun kebanyakan mereka diberi kebebasan untuk berolahraga apapun. Tetapi
  untuk permainan sepak bola, bola yang dipakai mengeluarkan bunyi. 
3. Nama = Erni 
   
  Umur = 14 tahun 
   
  Bersekolah si SLB Karya Murni sejak kelas 1 SD. 
Erni juga merupakan murid kelas VIII
  di SLB tersebut.Erni merupakan siswa dengan gangguan mata yang hanya
  berfungsi sebelah. Ia menyukai pelajaran bahasa Inggris. Namun tidak menyukai
  pelajaran biologi. Ia juga masih dapat menulis dengan cara biasa dan membaca
  tidak perlu memakai huruf braille karena masih dapat membaca dan menulis .
  Jika pelajaran geografi memakai globe yang ditunjukkan satu per satu kepada
  mereka. Dan saat pelajaran geografi mereka mempergunakan peta timbul agar
  lebih mudah dalam mengenal bentuk daerah dan nama daerahnya. Ia mengatakan
  bahwa saat pelajaran biologi, guru kerap menyuruh siswa untuk membaca buku
  mereka dan merangkum pelajaran tersebut. 
4. Nama = Ferdian 
   
  Umur = 16 tahun.  
   
  Bersekolah di SLB Karya Murni sejak kelas 1 SMP . 
Ia merupakan siswa kelas IX di SLB
  tersebut. Ia mengatakan bahwa pembelajaran di sekolah tersebut bagus, sarana
  yang dimiliki juga cukup membantu dalam proses pembelajaran. Fasilitas yang
  tersedia bagi para siswa juga mencukupi. Untuk ujian mereka memakai soal yang
  diubah menjadi soal dengan huruf braille oleh percetakan disekolah mereka.
  Alat pembelajaran yaitu reglet berbentuk persegi panjang dengan
  lubang-lubang, digunakan dengan cara ditusuk dengan pena. Mereka juga memakai
  alat hitung yaitu abakus atau sempoa. Papan geometri digunakan untuk membuat
  bentuk-bentuk seperti kubu, balok,dan sebagainya dengan memakai karet. Setiap
  tahun mereka juga mempersiapkan diri untuk porcanas (pekan olahraga cacat
  nasional). 
5. Nama = Suster Geralda 
   
  Jabatan = Kepala sekolah SMPLB A Karya Murni 
Beliau menagtakan bahwa metode pengajaran
  yang diajarkan di sekolah tersebut adalah metode pengajaran yang bersifat
  interaktif. Melibatkan metode dua arah antara guru dan siswa. Media
  pembelajaran berfokus kepada alat-alat yang berhubungan dengan audio. Mata
  pelajaran yang diajarkan adalah bahasa Indonesia, bahasa Inggris, sejarah,
  geografi, ekonomi, biologi, fisika, matematika. Ppkn, agama, olahraga,
  komputer. Tetapi mereka tidak mempelajari pelajaran kimia. Siswa di sekolah
  tersebut juga didukung dengan berbagai pelajaran tambahan lainnya berupa
  kesenian dan olahraga untuk membantu mengembangkan keterampilan siswa. Mereka
  juga dipersiapkan untuk lomba PORCANAS (Pekan Olahraga Cacat Nasional) dimana
  akan ada lomba-lomba dalam bidang kesenian, berupa lomba permainan alat
  musik, bernyanyi,bermain catur. Dan dalam bidang olahraga seperti lomba bola
  kaki, dan lain sebagainya. 
  Untuk media pembelajaran, terdapat
  perbedaan pada pelajaran tertentu, misalnya : 
         -  Matematika
  : reken plank, reglet, stylus atau pena, dan
  abacus seperti alat hitung yang digunakan anak tuna netra. 
            - Geografi    :  peta timbul yang didalamnya terdapat gambar
  timbul dan huruf braille yang diperbesar ukurannya. 
            - Bahasa
  Inggris dan Indonesia :  kamus
  elektronik 
         - Komputer
  : braille display  yaitu keyboard komputer khusus yang digunakan
  anak tuna netra. Dan komputer dengan sistem jaws, dimana komputer tersebut
  akan mengeluarkan  suara berupa
  perintah yang telah kita berikan padanya. 
          - Olahraga : papan tenis meja yang mejanya dibawah dan bola
  kaki yang dapat mengeluarkan bunyi. 
Dan dari hasil observasi peneliti,
  peneliti menemukan terdapan beberapa metode yang berbeda yang diberikan oleh
  guru-guru di SMPLB tersebut, khususnya didalam kelas yang kami observasi.
  Berikut ini adalah gambaran dari observasi yang telah peneliti lakukan : 
1. Guru mata pelajaran geografi.  
Beliau menggunakan metode pengajaran
  dengan metode ceramah dan demonstrasi. Dimana guru menerangkan materi
  pelajaran dan memberikan contoh yang nyata dari materi tersebut. Beliau
  mengajar dengan cara duduk di bangku dan meja guru dan sesekali berjalan
  mengelilingi murid saat memberikan contoh. Suaranya lambat namun memiliki
  volume suara yang keras, terdapat penekanan kata. Gaya penataan kelas yang
  dipakai adalah gaya tatap muka.Suasana kelas yang diciptakan menjadi serius
  dan monoton. Dari segi para murid, mereka terlihat begitu serius, tegang, dan
  sedikit bosan. Bagi siswa yang menderita buta total, mereka terlihat sedikit
  kelelahan karena harus terus menulis apa yang dikatakan oleh beliau. Teori Perencanaan dan Instruksi Pelajaran yang
  dipakai berbentuk teacher centered. 
2. Guru mata pelajaran matematika. 
Beliau menggunakan metode pengajaran
  tanya jawab dan diskusi. Beliau hanya memberikan materi pembelajaran berupa
  materi-materi penting, lalu lebih banyak memberikan contoh soal dan meminta
  siswa untuk mengerjakannya. Beliau juga sering memberikan pekerjaan rumah
  kepada para siswa untuk sebagai bahan latihan bagi  siswa. Gaya penataan kelas yang digunakan
  adalah gaya tatap muka. Dalam pengajarannya beliau juga melebihkan pada
  intonasi suara dan sentuhan kepada siswa.  
Ia juga memberikan bahan peragaan
  berupa kubus, balok, dan sebagainya yang sudah dibuat dari besi, sehingga
  siswa dapat merabanya. Gaya belajar tidak monoton. Walaupun siswa tidak dapat
  melihat tapi mereka tetap terlihat fokus dan rileks saat belajar matematika. Teori Perencanaan dan Instruksi Pelajaran yang
  dipakai berbentuk teacher centered. 
3. Guru mata pelajaran olahraga. 
Beliau menggunakan metode pengajaran
  ceramah dan tanya jawab. Beliau memberikan penjelasan tentang suatu materi
  dan memberikan pertanyaan kepada beberapa siswa. Gaya penataan kelas yang
  digunakan adalah gaya tatap muka. Beliau juga banyak membuat penjelasan
  materi-materi pelajaran kedalam bentuk cerita agar murid dapat lebih tertarik
  dan mudah mengerti. Siswa terlihat santai dan rileks tetapi juga merespon
  pelajaran dari beliau. Teori
  Perencanaan dan Instruksi Pelajaran yang dipakai berbentuk teacher centered.
 
 
Pembahasan 
Berdasarkan hasil dari observasi dan
  wawancara diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa : 
A. Media pembelajaran yang terdapat
  pada SMPLB A tersebut sudah cukup mendukung bahkan termasuk dalam kategori
  baik, bagi proses pembelajaran siswa di sekolah. 
B. 
  Murid-murid di sekolah tersebut juga sudah memiliki media belajar
  pribadi yang cukup memadai di rumah. 
C. Suasana belajar juga sangat
  mendukung bagi peningkatan pembelajaran siswa. Dengan halaman sekolah yang
  luas dan kelas yang nyaman. 
D. Metode pengajaran yang digunakan
  cenderung interaktif. Namun tetap terdapat beberapa guru yang cenderung
  monoton dalam mengajar sehingga menimbulkan efek bosan oleh para siswa.
  Tetapi hal tersebut dapat membuat siswa menjadi lebih serius dalam mendengarkan
  guru. Metode mengajar yang dilakukan para guru juga dirasa cukup efektif bagi
  proses pembelajaran karena lebih cenderung melibatkan komunikasi dua arah
  antara guru dan murid untuk membantu menarik perhatian siswa. Guru juga lebih
  cenderung memakai suara yang jelas, kuat, dan perlahan sehinggan siswa tetap
  dapat mengerti. 
E. Gaya penataan kelas cenderung
  memakai gaya tatap muka, yang membuat siswa dapat saling berhadapan. Namun
  disatu sisi, gaya penataan kelas tersebut dirasa kurang efektif karena guru
  tidak secara jelas dapat melihat ekspresi wajah siswa dari tampak depan.
  Namun disisi lain, gaya penataan kelas tersebut juga dinilai cukup bagus.
  Karena dengan begitu, guru menjadi lebih leluasa untuk berdiri di
  tengah-tengah siswa. Dan menjalin komunikasi yang lebih dekat dengan siswa di
  dalam kelas. 
F. Teori
  Perencanaan dan Instruksi Pelajaran yang dipakai lebih banyak berbentuk
  teacher centered walaupun ada beberapa guru yang memakai metode learner
  centered. Namun menurut peneliti, bagi para siswa berkebutuhan siswa terutama
  tuna netra. Teori perencanaan dan instruksi pelajaran dengan teacher centered
  memang dirasa lebih baik. Karena di satu sisi, dengan kondisi siswa yang
  demikian, ia akan cenderung lebih sulit untuk belajar sendiri dan mencari
  sendiri informasi tentang pelajarannya. Sehingga akan lebih mungkin dilakukan
  perencanaan dan instruksi pelajaran teacher centered. Dimana materi pelajaran
  bersumber lebih banyak dari guru dan guru lebih banyak berperan daripada
  murid. Namun guru tetap harus memperhatikan variasi pengajaran sehingga murid
  tidak akan cepat merasa bosan dan dapat tetap fokus terhadap pelajaran.
  Dengan demikian, guru dapat menjadi semakin dekat dengan para murid. 
PENUTUP 
Evaluasi 
      Dari
  mulai proses perencanaan sampai dengan pelaporan dan evaluasi, peneliti mendapatkan
  beberapa hambatan. Hambatan yang peneliti rasakan adalah pertama pada saat
  awal pemilihan topik. Pada tahap tersebut peneliti menghabiskan cukup banyak waktu
  karena harus menyatukan ide-ide dari tiga pemikiran yang berbeda-beda.
  Peneliti juga pertama kali tidak memilih topik tentang hal ini. Namun setelah
  melewati banyak diskusi kelompok, peneliti akhirnya memilih untuk membahas
  topik ini. 
      Hambatan
  yang kedua dirasakan pada saat memilih hal-hal apa saja yang akan peneliti
  lakukan dan peneliti bicarakan berkaitan dengan topik tersebut. Karena
  peneliti juga harus melakukan banyak diskusi dalam menentukan hal-hal
  tersebut. 
      Hambatan
  yang ketiga dirasakan pada saat peneliti ingin melakukan kegiatan observasi
  dan wawancara. Peneliti harus mencari jadwal dan hari yang sesuai dengan
  keadaan peneliti dan objek penelitian. Terlebih lagi peneliti harus
  mengundurkan waktu kegiatan observasi selama seminggu karena pihak sekolah
  akan mengadakan Ujian Nasional bagi siswa SMPLB tersebut. 
 
Testimoni 
           
  Atas nama kelompok, kami seluruhnya terkesan dengan adanya tugas mini proyek
  ini. Tugas mini proyek ini merupakan suatu hal baru yang kami alami. Dengan
  adanya tugas mini proyek ini, kami semakin mengerti tentang materi pelajaran
  pada mata kuliah Psikologi Pendidikan terutama materi tentang anak
  berkebutuhan khusus. Semoga kedepannya bila ada tugas proyek lagi, kami dapat
  menjadi lebih maksimal didalam mengerjakannya karena kami telah mendapat
  “pelatihan” dasar mengenai hal ini dengan adanya tugas mini proyek. 
           
  Selain itu, atas nama pribadi, banyak yang kami rasakan saat melaksanakan
  tugas ini, berikut penjabarannya dari masing-masing anggota kelompok : 
§  Desi Mariana 
Menurut saya, tugas proyek mini ini cukup sulit ya
  soalnya baru pertama kali saya mendapat tugas seperti ini. Tapi bagus juga
  sih karena bisa menjadi bekal buat saya dan teman-teman dalam mengerjakan
  skripsi nanti. Saya juga cukup senang sewaktu mengunjungi SMPLB Karya Murni
  tersebut karena selain muridnya ramah-ramah, staf dan gurunya juga sangat
  menerima kedatangan kami dengan tangan terbuka. Saya juga lebih mendapat
  pelajaran bagaimana metode dan media apa saja yg mereka pakai sewaktu
  belajar. Suatu pengalaman yang menyenangkan mengerjakan tugas proyek mini
  ini. 
§  Safrida
  Liasana br Tarigan 
          Saya
  bersyukur karena pada akhirnya Tugas Mini Proyek ini dapat selesai dengan
  baik dan lancar. Berbagai perasaan campur aduk pada awalnya ketika diberikan
  tugas ini. Ada rasa senang dan gugup yang mendominasi mengingat kami memilih
  materi tentang Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang berarti kami harus
  melakukan observasi langsung di SLB Karya Murni A (khusus Tunanetra). Hal ini
  merupakan pengalaman pertama dan unik buat saya. Disana kami menemukan
  anak-anak Tunanetra yang memiliki motivasi tinggi untuk belajar walaupun
  dibatasi oleh kekurangan mereka. Mereka sama dengan anak normal lainnya,
  mereka tetap bermain, mereka juga tetap belajar dengan materi dan mata pelajaran
  yang sama dengan sekolah biasa hanya mereka menggunakan media khusus seperti
  buku dengan huruf Braille, komputer dengan software Jaws, papan Block cis
  (untuk pelajaran Mate-matika) dan lain sebagainya. Walaupun yang disayangkan
  berdasarkan hasil wawancara kami para guru mengatakan bahwa mereka masih
  kekurangan buku paket karena memang agak susah untuk memperoleh buku paket
  dengan cetakan Braille. Saya menemukan banyak manfaat dari penugasan ini,
  saya menjadi lebih banyak tahu tentang pendidikan bagi anak berkebutuhan
  khusus dan yang lebih pentingnya lagi saya bisa menjadi lebih peka untuk
  dapat berinteraksi dan memahami anak-anak berkebutuhan khusus yang seringkali
  masih tidak dipedulikan oleh kebanyakan orang. 
    §  Nenita Sari S
  G 
Menurut saya, tugas mini proyek ini merupakan tugas
  yang cukup menarik sekaligus menantang. Karena saya baru pertama kalinya
  mengerjakan tugas seperti ini. Pada awal pengerjaan tugas mini proyek ini,
  saya merasa bahwa akan ada beberapa hambatan yang cukup sulit yang akan kami
  hadapi. Terutama saat kami harus membuat surat izin untuk mengadakan kegiatan
  observasi dan wawancara. Namun ternyata sejalan dengan berbagai diskusi yanng
  telah kami lakukan. Pengerjaan tugas ini pun menjadi semakin mudah. Saya juga
  merasa semakin berani dan percaya diri karena secara otomatis, kami juga
  harus berhubungan dan menjalin komunikasi yang baik dengan orang-orang yang
  baru saya kenal melalui proses wawancara. Namun secara keseluruhan, saya
  merasa tugas mini proyek ini sangat menarik dan menyenangkan. 
    §  Mira Tantri
  Saragih 
Mengerjakan tugas mini proyek ini
  merupakan pengalaman yang baru buat saya. 
  Dan tidak saya pungkiri bahwa pertama kali diberi tahu tentang adanya
  tugas mini proyek ini, saya merasakan kecemasan yang luar biasa krn belum
  pernah terjun langsung ke lapangan demi mencari informasi yang kami butuhkan.
  Topik yang kami pilih adl tentang metode dan pengajaran pada anak tunanetra.
  Kami pun pergi ke SLB-A dimana merupakan sekolah khusus utk anak tunanetra.
  Dan saya sangat senang atas sambutan hangat dari guru dan murid-murid di SLB
  tersebut yangg memperbolehkan kami untuk melakukan observasi dan wawancara
  sampai selesai. Saya pun berterimakasih kepada Bu Dina yang telah memberikan
  suatu tugas yang sangat menantang namun juga bermanfaat untuk kami.
                                                 POSTER
 
DAFTAR PUSTAKA 
  Santrock, Jhon. W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta:Kencana 
 |